Kita semua tahu atau bukan
rahasia lagi yang menjadi barometer kelulusan para siswa guna memperoleh yang
namanya selembar ijazah adalah Ujian Nasional / UN, yang mana di era
kepemimpinan Pak Harto dulu bernama EBTANAS
(Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional), Walau nyata perhelatan akbar ini saban tahun rutin
terlaksana, namun tiada terpungkiri pelaksanaannya dari tahun ke tahun bukan
kian bermutu namun semakin amburadul (bukan rahasia lagi). Dengan puncak
kekacauannya pada pelaksanaan Ujian Akhir di tahun ajaran 2012/2013, teknis
yang kurang fit, penerapan 20 paket soal per ruangan dengan jumlah peserta UN
maksimal 20 orang / ruangan.
Setelah sempat menjadi polemik
yang berkepanjangan, antara dipertahankan dan
tidaknya Ujian Nasional itu, kini telah terjawab sudah. Jawabnya, UN
tetap dipertahankan dengan pembenahan di beberapa segi / bidang utamanya dalam teknis penyelenggaraan dan
sosialisasi menjelang UN. Salah satu koran top di Bali (bali post) pada salah
satu edisi terbitannya, memberitakan , bahwa di Bali pada tanggal 20 dan 21
September 2013 telah diadakan Prakonvensi UN yang digelar oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
bertempat di Kuta Bali. Dalam prakonvensi itulah terjawab perdebatan ada
tidaknya Ujian Nasional (UN), dalam diskusi kelompok maupun pleno semua acc
tidak lagi memperdebatkan perlu tidaknya UN, namun lebih pada bagaimana
pelaksanaan UN kedepan berkait dengan tata kelola,presentase nilai sekolah dan
nilai UN, serta menanamkan karakter kejujuran. Segala yang belum terjawab akan
di tindaklanjuti pada pelaksanaan konvensi di Jakarta, 26 September 2013.---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar